Rabu, 13 Mei 2015

EMULSI

SEDIAAN SUSPENSI
A.     Pengertian
Suspensi adalah sediaan cair yang mengandung partikel padat tidak larut yang terdispersi dalam fase cair. Sistem terdispers terdiri dari partikel kecil yang dikenal sebagai fase dispers, terdistribusi keseluruh medium kontinu atau medium dispersi. Untuk menjamin stabilitas suspensi umumnya ditambahkan bahan tambahan yang disebut bahan pensuspensi atau suspending agent.
Suspensi oral adalah sediaan cair rnengandung-partikel padat yang terdispersi dalam pembawa cair dengan bahan pengaroma yang sesuai, dan ditujukan untuk penggunaan oral. Beberapa suspensi-yang diberi etiket sebagai susu atau magma termasuk dalam kategori ini. Beberapa suspensi dapat langsung digunakan sedangkan yang lain berupa campuran padat yang harus dikonstitusikan terlebih dahulu dengan pembawa yang sesuai segera sebelum digunakan.
Suspensi topikal adalah sediaan cair mengandung partikel padat yang terdispersi dalam pembawa cair yang ditujukan untuk penggunaan pada kulit. Beberapa suspensi yang diberi etiket sebagai "lotio" termasuk dalam kategori ini.
Suspensi tetes telinga adalah sediaan : cair mengandung partikel-partikel halus yang ditujukan untuk di teteskan telinga bagian luar.
Suspensi optalmik adalah sediaan cair steal yang mengandung partikel-partikel yang terdispersi dalam cairan pembawa untuk pemakaian pada mata. Obat dalam suspensii harus dalam bentuk termikronisasi agar tidak menimbulkan iritasi atau goresan pada kornea. Suspensii obat mata tidak boleh digunakan bila terjadi masses yang mengeras atau penggumpalan.
Suspensi untuk injeksi adalah sediaan berupa suspensi serbuk dalam medium cair yang sesuai dan tidak disuntikkan secara intravena atau kedalam larutan spinal.
Suspensi untuk injeksi terkonstitusi adalah sediaan padat kering dengan bahan pembawa yang sesuai untuk membentuk larutan yang memenuhi semua persyaratan untuk suspensi steril setelah penambahan bahan pembawa yang sesuai.
B. Syarat - Syarat Suspensi
Beberapa persyaratan suspensi yang terdapat dalam Farmakope Indonesia Edisi III adalah Zat yang terdispersi harus halus dan tidak boleh cepat mengendap, jika dikocok perlahan-lahan endapan harus segera terdispersi kembali, kekentalan suspensi tidak boleh terlalu tinggi agar sediaan mudah dikocok dan dituang.
Suspensi obat suntik : harus mudah disuntikkan dan tidak boleh menyumbat jarum suntik.
Suspensi obat mata : harus steril, zat yang terdispersi harus sangat halus, jika disimpan dalam wadah dosis ganda, harus mengandung pengawet.
C. Stabilitas Suspensi
Salah satu problem yang dihadapi dalam proses pembuatan suspensi adalah cara memperlambat penimbunan partikel serta menjaga homogenitas dari partikel. Cara tersebut merupakan salah satu tindakan untuk menjaga stabilitas suspensi.
Beberapa faktor yang mempengaruhi stabilitas suspensi ialah :
1.     Ukuran partikel.
Ukuran partikel erat hubungannya dengan luas penampang partikel tersebut serta daya tekan keatas dari cairan suspensi itu. Hubungan antara ukuran partikel merupakan perbandingan terbalik dengan luas penampangnya. Sedangkan antara luas penampang dengan daya tekan keatas merupakan hubungan linier. Artinya semakin besar ukuran partikel semakin kecil luas penampangnya. (dalam volume yang sama) akan semakin memperlambat gerakan partikel untuk mengendap, sehingga untuk memperlambat gerakan tersebut dapat dilakukan dengan memperkecil ukuran partikel.
2.     Kekentalan (viscositas)        
Kekentalan suatu cairan mempengaruhi pula kecepatan aliran dari cairan tersebut, makin kental suatu cairan kecepatan alirannya makin turun (kecil).
Kecepatan aliran dari cairan tersebut akan mempengaruhi pula gerakan turunnya parkikel yang terdapat didalamnya Dengan demikian dengan menambah viskositas cairan, gerakan turun dari partikel yang dikandungnya akan diperlambat. Tetapi perlu diingat bahwa kekentalan suspensi tidak boleh terlalu tinggi agar sediaan mudah dikocok dan dituang.

Hal ini dapat dibuktikan dengan hukum " STOKES ".
Keterangan :
V         = kecepatan aliran
d          = diameter clad partikel
p          = berat jenis dari partikel
po           = berat jenis cairan
g          = gravitasi
η          = viskositas cairan
3.     Jumlah partikel (konsentrasi)
Apabila didalam suatu ruangan berisi partikel dalam jumlah besar, maka partikel tersebut akan susah melakukan gerakan yang bebas karena sering terjadi benturan antara partikel tersebut.
Benturan itu akan menyebabkan terbentuknya endapan dari zat tersebut, oleh karena itu makin besar konsentrasi partikel, makin besar kemungkinan terjadinya endapan partikel dalam waktu yang singkat.
4.     Sifat/muatan partikel
Dalam suatu suspensi kemungkinan besar terdiri dari beberapa macam campuran bahan yang sifatnya tidak selalu sama. Dengan demikian ada kemungkinan terjadi interaksi antar bahan tersebut yang menghasilkan bahan yang sukar larut dalam cairan tersebut. Sifat bahan tersebut merupakan sifat alam, maka kita tidak dapat mempengaruhinya.
Stabilitas fisik suspensi farmasi didefinisikan sebagai kondisi suspensi dimana partikel tidak mengalami agregasi dan tetap terdistribusi merata. Bila partikel mengendap mereka akan mudah tersuspensi kembali dengan pengocokan yang ringan. Partikel yang mengendap ada kemungkinan dapat saling melekat oleh suatu kekuatan untuk membentuk agregat dan selanjutnya membentuk compacted cake dan peristiwa ini disebut caking.
Kalau dililiat dari faktor-faktor tersebut diatas faktor konsentrasi dan sifat dari partikel merupakan faktor yang tetap, artinya tidak dapat diubah lagi karena konsentrasi merupakan jumlah obat yang tertulis dalam resep dan sifat partikel
merupakan sifat alam. Yang dapat diubah atau disesuaikan adalah ukuran partikel dan viskositas.
Ukuran partikel dapat diperkecil : dengan menggunakan pertolongan mixer, homogeniser, colloid mill dan mortir. Sedangkan viskositas fase eksternal dapat dinaikkan dengan penambahan zat pengental yang dapat larut kedalam cairan tersebut. Bahan-bahan pengental ini sering disebut sebagai suspending agent (bahan pensuspensi), umumnya bersifat mudah berkembang dalam air (hidrokoloid).
Bahan pensuspensi atau suspending agent dapat dikelompokkan menjadi dua, yaitu :
a.      Bahan pensuspensi dari alam
Bahan pensuspensi alam dari jenis gom sering disebut gom/hidrokoloid. Gom dapat larut atau mengembang atau mengikat air sehingga campuran tersebut membentuk mucilago atau lendir. Dengan terbentuknya mucilago maka viskositas cairan tersebut bertambah dan akan menambah stabilitas suspensi. Kekentalan mucilago sangat dipengaruhi oleh panas, pH dan proses fermentasi bakteri.
Hal ini dapat dibuktikan dengan suatu percobaan :
J Simpan 2 botol yang berisi mucilago sejenis .
J  Satu botol ditambah dengan asam dan dipanaskan, kemudian keduanya disimpan ditempat yang sama.
J Setelah beberapa hari diamati ternyata botol yang ditambah dengan asam dan dipanaskan mengalami penurunan viskositas yang lebih cepat dibanding dengan botol tanpa pemanasan.
Termasuk galongan gom adalah :
§   Acasia ( pulvis gummi arabici)
Didapat sebagai eksudat tanaman akasia sp, dapat larut dalam air, tidak larut dalam alkohol, bersifat asam. Viskositas optimum dari mucilagonya antara pH 5 - 9. Dengan penambahan suatu zat yang menyebabkan pH tersebut menjadi diluar 5 - 9 akan menyebabkan penurunan viskositas yang nyata. Mucilago gom arab dengan kadar 35 % kekentalannya kira-kira sama dengan gliserin. Gom ini mudah dirusak oleh bakteri sehingga dalam suspensi harus ditambahkan zat pengawet (preservative).
§   Chondrus
Diperoleh dari tanaman chondrus crispus atau gigartine mamilosa, dapat larut dalam air tidak larut dalam alkohol, bersifat alkali. Ekstrak dari chondrus disebut caragen, yang banyak dipakai oleh industri makanan. Caragen merupakan derivat dari saccharida, jadi mudah dirusak oleh bakteri, jadi perlu penambahan bahan pengawet untuk suspensi tersebut.
§   Tragacanth
Merupakan eksudat dari tanaman astragalus gumnifera. Tragacanth sangat kambat mengalami hidrasi, untuk mempercepdt hidrasi biasanya dilakukan pemanasan, Mucilago tragacanth Iebih kental dari mucilago dari gom arab. Mucilago tragacanth balk sebagai stabilisator suspensi saja, tetapi bukan sebagai emulgator
§   Algin
Diperoleh dari beberapa species ganggang laut. Dalam perdagangan terdapat dalam bentuk garamnya yakni Natrium Alginat. Algin merupakan senyawa organik yang mudah mengalami fermentasi bakteri sehingga suspensi dengan algin memerlukan bahan pengawet. Kadar yang dipakai sebagai suspending agent umumnya 1- 2%.
Golongan bukan gom
Suspending agent dari alam bukan gom adalah tanah Iiat. Tanah liat yang sering dipergunakan untuk tujuan menambah stabilitas suspensi ada 3 macam yaitu bentonite, hectorite dan veegum. Apabila tanah liat dimasukkan ke dalam air mereka akan mengembang dan mudah bergerak jika dilakukan penggojokan. Peristiwa ini disebut tiksotrofi. Karena peristiwa tersebut, kekentalan cairan akan bertambah sehingga stabilitas dari suspensi menjadi lebih baik.
Sifat ketiga tanah liat tersebut tidak larut dalam air, sehingga penambahan bahan tersebut kedalam suspensi adalah dengan menaburkannya pada campuran suspensi. Kebaikan bahan suspensi dari tanah liat adalah tidak dipengaruhi oleh suhu/panas dan fermentasi dari bakteri, karena bahan-bahan tersebut merupakan senyawa anorganik, bukan golongan karbohidrat.
b.      Bahan pensuspensi sintetis
Derivat selulosa Termasuk dalam golongan ini adalah metil selulosa (methosol, tylose), karboksi metil selulosa (CMC), hidroksi metil selulosa.
Dibelakang dari nama tersebut biasanya terdapat angka/nomor, misalnya methosol 1500. Angka ini menunjukkan kemampuan menambah viskositas da cairan yang dipergunakan untuk melarutkannya. Semakin besar angkanya berarti kemampuannya semakin tinggi. Golongan ini tidak diabsorbsi oleh usus halus dan tidak beracun, sehingga banyak dipakai dalam produksi makanan. Dalam farmasi selain untuk bahan pensuspensi juga digunakan sebagai laksansia dan bahan penghancur/disintregator dalam pembuatan tablet.
§   Golongan organik polimer
Yang paling terkenal dalam kelompok ini adalah Carbophol 934 (nama dagang suatu pabrik) Merupakan serbuk putih bereaksi asam, sedikit larut dalam air,tidak beracun dan tidak mengiritasi kulit, serta sedikit pemakaiannya. Sehingga bahan tersebut banyak digunakan sebagai bahan pensuspensi. Untuk memperoleh viskositas yang baik diperlukan kadar ± 1%.
Carbophol sangat peka terhadap panas dan elektrolit. Hal tersebut akan mengakibatkan penurunan viskositas dari larutannya.
D. Cara Mengerjakan Obat dalam Suspensi
1.      Metode pembuatan suspensi.    
Suspensi dapat dibuat secara
§  Metode dispersi
Serbuk yang terbagi halus didispersikan didalam cairan pembawa. Umumnya sebagai cairan pembawa adalah air. Perlu diketahui bahwa kadang-kadang terjadi kesukaran pada saat mendispersi serbuk dalam cairan pembawa, hal tersebut dikarenakan adanya udara, lemak, atau kontaminan pada serbuk. Serbuk yang sangat, halus mudah kemasukan udara sehingga sukar dibasahi. Mudah dan sukarnya serbuk terbasahi tergantung besarnya sudut kontak antara zat terdispersi dengan medium. Bila sudut kontak ± 900 serbuk akan mengambang diatas cairan. Serbuk yang demikian disebut memiliki sifat hidrofob. Untuk menurunkan tegangan antar muka antara partikel zat padat dengan cairan tersebut perlu ditambahkan zat pembasah atau wetting agent.
§  Metode praesipitasi.
Zat yang hendak didispersi dilarutkan dahulu dalam pelarut organik yang hendak dicampur dengan air. Setelah larut dalam pelarut organik diencerkan dengan larutan pensuspensi dalam air. Akan terjadi endapan halus dan tersuspensi dengan bahan pensuspensi.
Cairan organik tersebut adalah : etanol, propilenglikol, dan polietilenglikol
2.      Sistem pembentukan suspensi
§  Sistem flokulasi
Dalam sistem flokulasi, partikel terflokulasi terikat lemah,cepat mengendap dan pada penyimpanan tidak terjadi cake dan mudah tersuspensi kembali
§  Sistem deflokulasi
Dalam system deflokulasi partikel deflokulasi menge-ndap perlahan dan akhirnya membentuk sedimen, dimana terjadi agregasi akhirnya terbentuk cake yang keras dan sukar tersuspensi kembali.
Secara umum sifat-sifat dari partikel flokulasi dan deflokulasi adalah :
Deflokulasi :
1.    Partikel suspensi dalam keadaan terpisah satu dengan yang lain.
2.    Sedimentasi yang terjadi lambat masing - masing partikel mengendap terpisah dan ukuran partikel adalah minimal.
3.    Sedimen terbentuk lambat
4.    Akhirnya sedimen akan membentuk cake yang keras dan sukar terdispersi lagi
5.    Ujud suspensi menyenangkan karena zat tersuspensi dalam waktu relatif lama. Terliliat bahwa ada endapan dan cairan atas berkabut.
Flokulasi :
1.    Partikel merupakan agregat yang, bebas.
2.    Sedimentasi terjadi cepat.
3.    Sedimen terbentuk cepat.
4.    Sedimen tidak membentuk cake yang keras dan padat dan mudah terdispersi kembali seperti semula
5.    Ujud suspensi kurang menyenangkan sebab sedimentasi terjadi cepat dan diatasnya terjadi daerah cairan yang jernih dan nyata.
E.  Formulasi Suspensi
Pembuat suspensi stabil secara fisis ada 2 kategori :
§  Penggunaan  "structured vehicle"  atau sering disebut  juga suspending agent untuk menjaga partikel deflokulasi dalam suspensi structured vehicle, yaitu larutan hidrokoloid seperti tilose, gom, bentonit, dan lain-lain.
§  Penggunaan prinsip-prinsip flokulasi untuk membentuk flok, meskipun terjadi cepat pengendapan, tetapi dengan penggojokan ringan mudah disuspensikan kembali.
Pembuatan suspense system flokulasi ialah:
1.    Partikel diberi zat pembasah dan dispersi medium
2.    Lalu ditambah zat pemflokulasi, biasanya berupa larutan elektrolit, surfaktan atau polimer.
3.    Diperoleh suspensi flokulasi sebagai produk akhir.
4.    Apabila dikehendaki agar flok yang terjadi tidak cepat mengendap, maka ditambah structured vehicle
5.    Produk akhir yang diperoleh ialah suspensi flokulasi dalam structured vehicle.
Bahan pemflokulasi yang digunakan dapat berupa larutan elektrolit, surfaktan atau polimer. Untuk partikel yang bermuatan positif digunakan zat pemflokulasi yang bermuatan negatif dan sebaliknya. Contohnya suspensi bismuthi subnitras yang bermuatan positif digunakan zat pemflokkulasi yang bermuatan negatif yaitu kalium fosfat monobase. Suspensi sulfamerazin yang bermuatan negatif digunakan zat pemflokulasi yang bermuatan positif yaitu AICl3 (Aluminium trichlorida).
Bahan Pengawet
Penambahan bahan lain dapat pula dilakukan untuk menambah stabilitas suspensi, antara lain penambahan bahan pengawet. Bahan ini sangat diperlukan terutama untuk suspensi yang menggunakan hidrokoloid alam, karena bahan ini sangat mudah dirusak oleh bakteri.
Sebagai bahan pengawet dapat digunakan butil p. benzoat (1:1250), etil p.benzoat (1:500), propil p. benzoat (1 : 4000), nipasol, nipagin ± 1%.
Disamping itu banyak pula digunakan - garam komplek dari mercuri untuk pengawet, karena memerlukan jumlah yang kecil, tidak toksik dan tidak iritasi. Misalnya fenil mercuri nitrat, fenil, mercuri chlorida fenil mercuri asetat.
F.  Penelaiian Stabilitas Suspensi
1.    Volume sedimentasi
Salah satu syarat dari suatu suspensi adalah endapan yang terjadi harus mudah terdispersi dengan pengocokan yang ringan sehingga perlu dilakukan pengukuran volume sedimentasi.
                                                   
                                               
Volume sedimentasi adalah suatu rasio dari volume sedimentasi akhir (Vu) terhadap volume mula-mula dari suspense (V0) sebelum mengendap.
Volume sedimentasi dapat mempunyai harga dari < 1 sampai > 1
2.    Derajat flokulasi
                                                                   

Adalah suatu rasio volume sedimen akhir dari suspense flokulasi (Vu) terhadap volume sedimen akhir suspense deflokulasi (Voc)

3.    Metode reologi
Metode ini dapat digunakan untuk membantu menentukan perilaku pengendapan dan pengaturan pembawa dan sifat yang menonjol mengenai susunan partikel dengan tujuan untuk perbandingan. Metode reologi menggunakan viskometer Brookfield.
4.    Perubahan ukuran partikel
Digunakan cara Freeze - thaw cycling yaitu temperatur diturunkan sampai titik beku, lalu dinaikkan sampai mencair kembali (> titik beku) Dengan cara ini dapat dilihat pertumbuhan kristal dan dapat menunjukkan kemungkinan keadaan berikutnya setelah disimpan lama pada temperatur kamar. Yang pokok yaitu menjaga tidak akan terjadi perubahan ukuran partikel, distribusi ukuran dan sifat kristal.
G. Pengemasan dan Penandaan Sediaan
Semua suspensi harus dikemas dalam wadah mulut lebar yang mempunyai ruang udara diatas cairan sehingga dapat dikocok dan mudah dituang.
Kebanyakan suspensi harus disimpan dalam wadah yang tertutup rapat dan terlindung dari pembekuan, panas yang berlebihan dan cahaya. Suspensi perlu dikocok setiap kali sebelum digunakan untuk menjamin' distribusi zat padat yang merata dalam pembawa sehingga dosis yang diberikan setiap kali tepat dan seragam. Pada etiket harus juga tertera "Kocok Dahulu".