SEDIAAN
SUSPENSI
A. Pengertian
Suspensi
adalah sediaan cair yang mengandung partikel padat tidak larut yang terdispersi dalam fase cair. Sistem terdispers terdiri
dari partikel kecil yang dikenal sebagai fase
dispers, terdistribusi keseluruh medium
kontinu atau medium dispersi. Untuk menjamin stabilitas suspensi umumnya ditambahkan
bahan tambahan yang disebut bahan pensuspensi
atau suspending agent.
Suspensi
oral adalah sediaan
cair rnengandung-partikel padat yang terdispersi dalam
pembawa cair dengan bahan pengaroma yang sesuai, dan ditujukan untuk penggunaan oral. Beberapa suspensi-yang diberi etiket
sebagai susu atau magma termasuk dalam kategori
ini. Beberapa suspensi dapat langsung digunakan sedangkan
yang lain berupa campuran padat yang harus
dikonstitusikan terlebih dahulu dengan pembawa
yang sesuai segera sebelum digunakan.
Suspensi
topikal adalah sediaan cair mengandung partikel padat yang terdispersi dalam
pembawa cair yang ditujukan untuk penggunaan pada kulit. Beberapa suspensi yang
diberi etiket sebagai "lotio" termasuk dalam kategori ini.
Suspensi
tetes telinga adalah sediaan : cair mengandung partikel-partikel halus yang
ditujukan untuk di teteskan telinga bagian luar.
Suspensi
optalmik adalah sediaan cair steal yang mengandung partikel-partikel yang terdispersi
dalam cairan pembawa untuk pemakaian pada mata. Obat dalam suspensii harus
dalam bentuk termikronisasi agar tidak menimbulkan iritasi atau goresan pada
kornea. Suspensii obat mata tidak boleh digunakan bila terjadi masses yang
mengeras atau penggumpalan.
Suspensi
untuk injeksi adalah sediaan berupa suspensi serbuk dalam medium cair yang
sesuai dan tidak disuntikkan secara intravena atau kedalam larutan spinal.
Suspensi
untuk injeksi terkonstitusi adalah sediaan padat kering dengan bahan pembawa
yang sesuai untuk membentuk larutan yang memenuhi semua persyaratan untuk
suspensi steril setelah penambahan bahan pembawa yang sesuai.
B. Syarat - Syarat Suspensi
Beberapa
persyaratan
suspensi yang terdapat dalam Farmakope Indonesia Edisi III adalah Zat yang
terdispersi harus halus dan tidak boleh cepat mengendap, jika dikocok perlahan-lahan endapan harus segera terdispersi
kembali, kekentalan suspensi tidak boleh terlalu tinggi agar sediaan mudah
dikocok dan dituang.
Suspensi
obat suntik : harus mudah disuntikkan dan tidak boleh menyumbat jarum suntik.
Suspensi
obat mata : harus steril, zat yang terdispersi harus sangat halus, jika disimpan dalam wadah dosis ganda, harus mengandung pengawet.
C. Stabilitas Suspensi
Salah
satu problem yang dihadapi dalam proses pembuatan suspensi adalah cara
memperlambat penimbunan partikel serta menjaga homogenitas dari partikel. Cara
tersebut merupakan salah satu tindakan untuk menjaga stabilitas suspensi.
Beberapa
faktor yang mempengaruhi stabilitas suspensi ialah :
1. Ukuran partikel.
Ukuran partikel erat hubungannya
dengan luas penampang partikel tersebut serta daya tekan keatas dari cairan
suspensi itu. Hubungan antara ukuran partikel merupakan perbandingan terbalik dengan
luas penampangnya. Sedangkan antara luas penampang dengan daya tekan keatas
merupakan hubungan linier. Artinya semakin besar ukuran partikel semakin kecil
luas penampangnya. (dalam volume yang sama) akan
semakin memperlambat gerakan partikel untuk mengendap, sehingga untuk memperlambat gerakan tersebut dapat dilakukan dengan memperkecil
ukuran partikel.
2. Kekentalan (viscositas)
Kekentalan suatu cairan mempengaruhi
pula kecepatan aliran dari cairan tersebut,
makin kental suatu cairan kecepatan alirannya makin turun (kecil).
Kecepatan aliran dari cairan tersebut akan mempengaruhi pula gerakan turunnya parkikel yang terdapat
didalamnya Dengan
demikian dengan menambah viskositas cairan, gerakan turun
dari partikel
yang dikandungnya
akan diperlambat. Tetapi perlu diingat bahwa kekentalan suspensi tidak
boleh terlalu tinggi agar sediaan
mudah dikocok dan dituang.
Hal ini dapat dibuktikan dengan hukum " STOKES ".
Keterangan :
V = kecepatan aliran
d = diameter clad partikel
p = berat jenis dari partikel
po =
berat jenis cairan
g = gravitasi
η = viskositas cairan
3. Jumlah partikel (konsentrasi)
Apabila didalam suatu ruangan berisi
partikel dalam jumlah besar, maka partikel tersebut akan susah melakukan
gerakan yang bebas
karena sering terjadi benturan antara partikel tersebut.
Benturan itu akan menyebabkan
terbentuknya endapan dari zat tersebut, oleh karena itu makin besar konsentrasi
partikel, makin besar kemungkinan terjadinya endapan partikel dalam waktu yang
singkat.
4. Sifat/muatan partikel
Dalam suatu suspensi kemungkinan
besar terdiri dari beberapa macam campuran bahan yang sifatnya tidak selalu sama.
Dengan demikian ada kemungkinan terjadi interaksi antar bahan tersebut yang
menghasilkan bahan yang sukar larut dalam cairan tersebut. Sifat bahan tersebut
merupakan sifat alam, maka kita tidak dapat mempengaruhinya.
Stabilitas fisik suspensi farmasi
didefinisikan sebagai kondisi suspensi dimana partikel tidak mengalami agregasi
dan tetap terdistribusi merata. Bila partikel mengendap mereka akan mudah
tersuspensi kembali dengan pengocokan yang ringan. Partikel yang mengendap ada kemungkinan
dapat saling melekat oleh suatu kekuatan untuk membentuk agregat dan
selanjutnya membentuk compacted cake dan peristiwa ini disebut caking.
Kalau dililiat dari faktor-faktor
tersebut diatas faktor konsentrasi dan sifat dari partikel merupakan faktor
yang tetap, artinya tidak dapat diubah lagi karena konsentrasi merupakan jumlah
obat yang tertulis dalam resep dan sifat partikel
merupakan sifat alam. Yang dapat
diubah atau disesuaikan adalah ukuran partikel dan viskositas.
Ukuran partikel dapat diperkecil :
dengan menggunakan pertolongan mixer, homogeniser, colloid mill dan mortir.
Sedangkan viskositas fase eksternal dapat dinaikkan dengan penambahan zat
pengental yang dapat larut kedalam cairan tersebut. Bahan-bahan pengental ini
sering disebut sebagai suspending agent (bahan pensuspensi), umumnya bersifat
mudah berkembang dalam air (hidrokoloid).
Bahan pensuspensi atau suspending
agent dapat dikelompokkan menjadi dua, yaitu :
a.
Bahan
pensuspensi dari alam
Bahan pensuspensi alam dari jenis gom
sering disebut gom/hidrokoloid. Gom dapat larut atau mengembang atau mengikat
air sehingga campuran tersebut membentuk mucilago atau lendir. Dengan
terbentuknya mucilago maka viskositas cairan
tersebut bertambah dan akan menambah stabilitas suspensi. Kekentalan mucilago sangat dipengaruhi oleh panas, pH dan proses fermentasi bakteri.
Hal ini dapat dibuktikan dengan suatu percobaan :
J Simpan 2 botol yang berisi mucilago
sejenis .
J
Satu
botol ditambah dengan asam dan dipanaskan, kemudian keduanya disimpan ditempat yang sama.
J Setelah beberapa hari diamati
ternyata botol yang ditambah dengan asam dan dipanaskan mengalami penurunan
viskositas yang lebih cepat dibanding dengan botol tanpa pemanasan.
Termasuk
galongan gom adalah :
§
Acasia
( pulvis gummi arabici)
Didapat sebagai eksudat tanaman akasia sp, dapat larut
dalam air, tidak larut dalam alkohol, bersifat asam. Viskositas optimum dari
mucilagonya antara pH 5 - 9. Dengan penambahan suatu zat yang menyebabkan pH
tersebut menjadi diluar 5 - 9 akan menyebabkan penurunan viskositas yang nyata.
Mucilago gom arab dengan kadar 35 % kekentalannya kira-kira sama dengan
gliserin. Gom ini mudah dirusak oleh bakteri sehingga dalam suspensi harus
ditambahkan zat pengawet (preservative).
§
Chondrus
Diperoleh dari tanaman chondrus crispus atau gigartine
mamilosa, dapat larut dalam air tidak larut dalam alkohol, bersifat alkali.
Ekstrak dari chondrus disebut caragen, yang banyak dipakai oleh industri
makanan. Caragen merupakan derivat dari saccharida, jadi mudah dirusak oleh
bakteri, jadi perlu penambahan bahan pengawet untuk suspensi tersebut.
§
Tragacanth
Merupakan eksudat dari tanaman astragalus gumnifera.
Tragacanth sangat kambat mengalami hidrasi, untuk mempercepdt hidrasi biasanya
dilakukan pemanasan, Mucilago tragacanth Iebih kental dari mucilago dari gom
arab. Mucilago tragacanth balk sebagai stabilisator suspensi saja, tetapi bukan
sebagai emulgator
§
Algin
Diperoleh dari beberapa species ganggang laut. Dalam
perdagangan terdapat dalam bentuk garamnya yakni Natrium Alginat. Algin
merupakan senyawa organik yang mudah mengalami fermentasi bakteri sehingga
suspensi dengan algin memerlukan bahan pengawet. Kadar yang dipakai sebagai
suspending agent umumnya 1- 2%.
Golongan bukan
gom
Suspending agent dari alam bukan gom
adalah tanah Iiat. Tanah liat yang sering dipergunakan untuk tujuan menambah
stabilitas suspensi ada 3 macam yaitu bentonite, hectorite dan veegum. Apabila
tanah liat dimasukkan ke dalam air mereka akan mengembang dan mudah bergerak
jika dilakukan penggojokan. Peristiwa ini disebut tiksotrofi. Karena peristiwa
tersebut, kekentalan cairan akan bertambah
sehingga stabilitas dari suspensi menjadi lebih
baik.
Sifat ketiga tanah liat tersebut
tidak larut dalam air, sehingga penambahan bahan tersebut kedalam
suspensi adalah dengan menaburkannya pada campuran
suspensi. Kebaikan bahan suspensi dari tanah liat adalah tidak dipengaruhi oleh suhu/panas dan fermentasi dari bakteri, karena bahan-bahan tersebut merupakan
senyawa anorganik, bukan golongan karbohidrat.
b.
Bahan
pensuspensi sintetis
Derivat selulosa Termasuk dalam
golongan ini adalah metil selulosa (methosol, tylose), karboksi metil selulosa
(CMC), hidroksi metil selulosa.
Dibelakang dari nama tersebut
biasanya terdapat angka/nomor, misalnya methosol 1500. Angka ini menunjukkan kemampuan
menambah viskositas da cairan yang dipergunakan untuk melarutkannya. Semakin
besar angkanya berarti kemampuannya semakin tinggi. Golongan ini tidak
diabsorbsi oleh usus halus dan tidak beracun, sehingga banyak dipakai dalam
produksi makanan. Dalam farmasi selain untuk bahan pensuspensi juga digunakan
sebagai laksansia dan bahan penghancur/disintregator dalam pembuatan tablet.
§
Golongan
organik polimer
Yang paling terkenal dalam kelompok
ini adalah Carbophol 934 (nama dagang suatu
pabrik) Merupakan serbuk putih bereaksi asam, sedikit larut dalam air,tidak beracun dan tidak mengiritasi kulit, serta sedikit
pemakaiannya. Sehingga bahan tersebut banyak
digunakan sebagai bahan pensuspensi. Untuk memperoleh viskositas
yang baik diperlukan kadar ± 1%.
Carbophol sangat peka terhadap panas
dan elektrolit. Hal tersebut akan mengakibatkan penurunan viskositas dari
larutannya.
D. Cara Mengerjakan Obat dalam
Suspensi
1.
Metode
pembuatan suspensi.
Suspensi dapat dibuat secara
§ Metode dispersi
Serbuk yang terbagi halus
didispersikan didalam cairan pembawa. Umumnya sebagai
cairan pembawa adalah air. Perlu diketahui bahwa kadang-kadang terjadi kesukaran pada saat mendispersi serbuk dalam
cairan pembawa, hal tersebut dikarenakan
adanya udara, lemak, atau kontaminan pada serbuk. Serbuk yang sangat, halus mudah kemasukan udara sehingga
sukar dibasahi. Mudah dan sukarnya
serbuk terbasahi tergantung besarnya sudut kontak antara zat terdispersi dengan medium. Bila sudut kontak ± 900 serbuk akan mengambang
diatas cairan. Serbuk yang demikian
disebut memiliki sifat hidrofob. Untuk menurunkan tegangan antar muka antara partikel zat
padat dengan cairan tersebut perlu ditambahkan zat pembasah atau wetting agent.
§ Metode praesipitasi.
Zat yang hendak didispersi dilarutkan
dahulu dalam pelarut organik yang hendak dicampur dengan air. Setelah larut
dalam pelarut organik diencerkan dengan larutan pensuspensi dalam air. Akan
terjadi endapan halus dan tersuspensi dengan bahan pensuspensi.
Cairan organik tersebut adalah :
etanol, propilenglikol, dan polietilenglikol
2.
Sistem
pembentukan suspensi
§
Sistem
flokulasi
Dalam sistem flokulasi, partikel terflokulasi terikat lemah,cepat
mengendap dan pada penyimpanan tidak terjadi cake
dan mudah tersuspensi kembali
§
Sistem
deflokulasi
Dalam system deflokulasi partikel deflokulasi menge-ndap perlahan dan akhirnya membentuk sedimen, dimana terjadi agregasi akhirnya
terbentuk cake yang keras dan sukar
tersuspensi kembali.
Secara umum sifat-sifat dari partikel flokulasi dan deflokulasi adalah :
Deflokulasi :
1.
Partikel
suspensi dalam keadaan terpisah satu dengan yang lain.
2.
Sedimentasi
yang terjadi lambat masing - masing partikel mengendap terpisah dan ukuran
partikel adalah minimal.
3.
Sedimen
terbentuk lambat
4.
Akhirnya
sedimen akan membentuk cake yang keras dan sukar terdispersi lagi
5.
Ujud
suspensi menyenangkan karena zat tersuspensi dalam waktu relatif lama. Terliliat
bahwa ada endapan dan cairan atas berkabut.
Flokulasi :
1.
Partikel
merupakan agregat yang, bebas.
2.
Sedimentasi
terjadi cepat.
3.
Sedimen
terbentuk cepat.
4.
Sedimen
tidak membentuk cake yang keras dan padat dan mudah terdispersi kembali seperti
semula
5.
Ujud
suspensi kurang menyenangkan sebab sedimentasi terjadi cepat dan diatasnya
terjadi daerah cairan yang jernih dan nyata.
E. Formulasi Suspensi
Pembuat suspensi stabil secara fisis ada 2 kategori :
§ Penggunaan "structured vehicle" atau sering disebut juga suspending agent untuk menjaga partikel
deflokulasi dalam suspensi structured vehicle, yaitu larutan hidrokoloid
seperti tilose, gom, bentonit, dan lain-lain.
§ Penggunaan prinsip-prinsip flokulasi untuk
membentuk flok, meskipun terjadi cepat pengendapan, tetapi dengan penggojokan ringan mudah
disuspensikan kembali.
Pembuatan suspense system
flokulasi ialah:
1.
Partikel
diberi zat pembasah dan dispersi medium
2.
Lalu
ditambah zat pemflokulasi, biasanya berupa
larutan elektrolit, surfaktan atau polimer.
3.
Diperoleh
suspensi flokulasi sebagai produk akhir.
4.
Apabila dikehendaki agar flok yang terjadi tidak cepat mengendap, maka
ditambah structured
vehicle
5. Produk
akhir yang diperoleh ialah suspensi flokulasi dalam structured vehicle.
Bahan
pemflokulasi yang digunakan dapat berupa larutan elektrolit, surfaktan atau polimer. Untuk partikel yang bermuatan positif digunakan
zat pemflokulasi yang bermuatan negatif dan
sebaliknya. Contohnya suspensi bismuthi subnitras yang bermuatan positif digunakan
zat pemflokkulasi yang bermuatan negatif yaitu kalium fosfat monobase. Suspensi sulfamerazin yang bermuatan
negatif digunakan zat pemflokulasi yang
bermuatan positif yaitu AICl3 (Aluminium trichlorida).
Bahan Pengawet
Penambahan bahan lain dapat
pula dilakukan untuk menambah stabilitas suspensi, antara lain penambahan bahan
pengawet. Bahan ini sangat diperlukan terutama untuk suspensi yang menggunakan
hidrokoloid alam, karena bahan ini sangat mudah dirusak oleh bakteri.
Sebagai bahan pengawet dapat
digunakan butil p. benzoat (1:1250), etil p.benzoat (1:500), propil p. benzoat
(1 : 4000), nipasol, nipagin ± 1%.
Disamping itu banyak pula
digunakan - garam komplek dari mercuri untuk pengawet, karena memerlukan jumlah
yang kecil, tidak toksik dan tidak iritasi. Misalnya fenil mercuri nitrat,
fenil, mercuri chlorida fenil mercuri asetat.
F. Penelaiian Stabilitas Suspensi
1. Volume sedimentasi
Salah satu syarat dari suatu suspensi adalah endapan yang
terjadi harus mudah terdispersi dengan pengocokan yang ringan sehingga perlu
dilakukan pengukuran volume sedimentasi.
Volume sedimentasi adalah suatu rasio dari volume
sedimentasi akhir (Vu) terhadap volume mula-mula dari suspense (V0)
sebelum mengendap.
Volume sedimentasi dapat mempunyai
harga dari < 1 sampai > 1
2.
Derajat flokulasi
Adalah suatu rasio volume sedimen akhir dari suspense flokulasi (Vu) terhadap volume sedimen akhir suspense deflokulasi (Voc)
3. Metode reologi
Metode ini dapat digunakan untuk
membantu menentukan perilaku pengendapan dan
pengaturan pembawa dan sifat yang menonjol mengenai susunan partikel dengan tujuan untuk perbandingan. Metode reologi
menggunakan viskometer Brookfield.
4. Perubahan ukuran partikel
Digunakan cara Freeze - thaw cycling yaitu temperatur
diturunkan sampai titik beku, lalu dinaikkan
sampai mencair kembali (> titik beku) Dengan cara ini dapat dilihat pertumbuhan kristal dan dapat menunjukkan kemungkinan
keadaan berikutnya setelah disimpan lama
pada temperatur kamar. Yang pokok yaitu menjaga tidak akan terjadi perubahan ukuran partikel, distribusi ukuran
dan sifat kristal.
G. Pengemasan dan Penandaan Sediaan
Semua
suspensi harus dikemas dalam wadah mulut lebar yang mempunyai ruang udara
diatas cairan sehingga dapat dikocok dan mudah dituang.
Kebanyakan
suspensi harus disimpan dalam wadah yang tertutup rapat dan terlindung dari pembekuan, panas yang berlebihan dan
cahaya. Suspensi perlu dikocok setiap kali sebelum digunakan untuk menjamin' distribusi
zat padat yang merata dalam pembawa sehingga
dosis yang diberikan setiap kali tepat dan seragam. Pada etiket harus juga tertera "Kocok Dahulu".